Home » » Kasih tak Sampai Dari Afdeling

Kasih tak Sampai Dari Afdeling

Written By Unknown on Friday, 4 December 2015 | 13:29

Taukah kau.?dikolam penampungan air di tepi jalan Afdeling itu,masih jelas terpatri nama kita berdua,tulisan itu seakan jadi saksi bisu selama hampir sewindu,yang dapat kau saksikan hingga kini,kala kau rindu akan masalalu kita yang indah dan manis itu,kala kau rindu akan romantika perjananan cinta kita dahulu,kala kau  pulang kekampung halaman kita dulu, namun semua itu sudah sirna,yang ada hanya tinggal sebuah cerita dan kenangan,karena kutau,ternyata tak pernah lagi kembali dalam waktu yang cukup lama,sendiri aku menyaksikan guratan itu,tanpa kau ada disisiku”

Hanya ada dua baris nama,namaku dan namamu,namun dibalik dari guratan itu,mewakili puluhan bahkan ratusan kisah yang pernah kita jalani bersama,bahkan andai dapat bercerita tulisan yang terpatri di bibir bak air itu pasti tak akan ada habisnya bercerita sepanjang malam akan semua kisah dan romatika cinta yang ahirnya terpasung oleh status keluarga kita yang katanya berbeda itu.
Aku masih ingat betapa remuk redam-nya hatiku kala itu,saat orang tuamu menyebut aku sebagai kelas budak dan tak pantas untuk berteman denganmu,namun kusadari ucapan orang tuamu itu benar,aku sadari itu,aku hanyalah anak seorang buruh kebun pemetik daun teh.yang memang tak pantas bergaul denganmu,apalagi memiliki cintamu,ah..aku hanya bermimpi kala itu..!!
betapa bodohnya dan tak tau dirinya aku saat itu,saban hari aku hanya bergelut dengan pucuk-pucuk daun teh,berteman dengan Keranjang bambu,yang ukuranya selalu menenggelamkan tubuhku yang mungil.
Jari tanganku yang selalu menghitam dan kapalan,karena getah daun teh,
Pagi subuh yang masih gelap,aku sudah harus melewati pasar kuda,menembus butiran embun yang masih menempel didedaunan teh hingga basah kuyup.
Suara lolongan panjang Suling yang berkumandang dari Pabrik tua peninggalan Belanda itu seakan komando buat kami agar segera bergegas,bergegas dan berangkat menuju Kebun teh yang menghampar luas itu..!!
Sementara kau?anak seorang mandor besar,yang punya kuasa di afdeling itu,bukan saja kuasa tapi juga disegani dan ditakuti,dan ibumu seorang pendidik.
Semua perbedaan yang kita miliki bak Langit dan Bumi,bahkan menjadi sekat pembatas buat kita,hingga pada ahirnya batasan itu ibarat sebuah tembok yang tinggi,kokoh yang tak lagi dapat kulalui,aku menyerah..!!
Sejak orang tuamu mengusirku dari rumah mu kala itu,sekaligus ucapan orang tuamu yang meluluh lantak kan perasanku kala itu,malam itu aku berjalan ke arah yang tak menentu,kaki ku terus melangkah dan melangkah,tanpa arah yang jelas,dadaku bagai terhujam pisau yang amat tajam,hatiku amat teriris dan terluka,kakiku terus melangkah melewati pasar kuda,menembus pekatnya malam nan dingin,butir-butir embun yang masih menempel diatas dedaunan teh,seketika membasahi seluruh bajuku,sejenak aku terdiam,kaku dan mematung,seketika mataku menatap sekeliling,ternyata aku sudah sampai diatas bukit kembar,bukit yang jaraknya sudah jauh dari pondok kita itu,kuhempaskan tubuhku diatas rerimbunan daun teh itu,melepaskan semua rasa berkecamuk yang menyesaki dadaku,mataku menatap menerawang nun jauh kelangit hitam diatas sana,suara jangkrik dan binatang malam menemani kesepian dan kesedihanku kala itu.
Satu tahun waktu yang sangat lama dan serasa begitu menyiksa batinku,untuk segera lulus dari SMA,agar segera pergi meninggalkan afdeling ini,sekaligus meninggalkan luka yang sempat menganga dihatiku,satu tahun terasa bagai terpenjara seratus tahun bagiku,untuk tak lagi bertemu denganmu,walaupun kita berada tinggal di afdeling yang sama.
Selulus sma,aku sengaja pergi jauh,sejauh mungkin,berharap dapat melupakan segala kenangan itu.
hingga ahirnya aku berlabuh di Pulau Jawa,kota yang kala itu masih terasing bagiku,kota yang dijuluki kota kaum terdidik dan terpelajar itu.
Hingga pada suatu ketika,ahirnya aku diterima masuk di Universitas yang sangat ku impi impikan itu,
UGM,ya,,Gajah Mada,!!.betapa bangganya dulu aku saat diterima masuk di universitas ini,ingin rasanya berbagi kebahagiaan itu kepadamu,bahkan tak dapat terlukiskan dengan kata-kata,seketika aku melonjak kegirangan,saat kulihat namaku terpampang,berulang kali kucoba meyakinkan diriku sendiri dengan mengusap mataku berkali kali,seketika itu,ingin sekali rasanya meberitahukan kabar baik itu pada dirimu yang jauh disana,namun..!! lagi-lagi aku harus tetap konsisten pada sebuah janji,janji tak tertulis yang sudah kusepakati bersama orang tua mu dulu.janji yang sebenarnya amat kubenci itu.
aku hanya berharap ,mpianmu juga terkabul untuk masuk di perguruan tinggi yang selalu kau idam-idamkan itu,
universitas yang kau sebut mencetak orang-orang kredibel,idealis,punya intregritas tinggi,menghasilkan kaum Intelektual muda yang bakal diperhitungkan setidaknya dalam lingkup nasional.
“wow…”kataku kagum kala itu saat mendengar pandanganmu yang jauh kedepan dengan rasa optimis.
Waktu berlalu,delapan tahun kemudian,aku pulang ke kampung halaman kita,tanpa sengaja aku berpapasan dengan orang tua mu,yang dulu kupanggil”Tulang mandor”itu,tubuhnya kian tua dan ringkih,rambutnya semakin ditumbuhi banyak uban,tanganya yang dulu kekar,kini menyembul urat urat,wajahnya yang dulu terlihat sangar dan penuh wibawa,menandakan sosok Mandor besar,kini tampak kuyu dan lemah.
“sejak tak lagi mandor di afdeling ini,aku lebih sering sakit sakitan bere.”
Kata Tulang itu kepadaku lirih..
diujung perbincangan kami sore itu.
Aku sengaja tak mengungkit atau menanyakan kabar putrinya yang pernah menghiasi relung hatiku,karena samar samar kabar dameyanti yang tak pernah kunjung pulang itu,juga pernah sampai ketelingaku dari para kerabat maupun kawan sekampung kala itu..
Ia menarik nafas dalam-dalam,sorot matanya menatap kearah deretan foto-foto berbingkai yang terpajang berderet didinding tembok rumah yang kian kusam itu,foto kelima anaknya dalam pose saat  diwisuda dan mengenakan Toga dan jubah hitam kebesaran dibeberapa Universitas,namun foto Dameyanti mengenakan toga sama sekali tak tampak  terpajang disana.
“Dameyanti..gadis yang dulu kau cintai itu,sudah delapan tahun tak ada kabar,sejak lulus sma dan berangkat ke Batam bere..”
katanya lirih,matanya terlihat berkaca kaca,perasaan-nya terlihat kembali berkecamuk.
kemudian ia diam sejenak,seakan ingin memutar kembali masa lalu.
“Dan gara gara memikirkan itu jugalah Nantulang mu jadi sakit sakitan,dan meninggal dua tahun yang lalu.”
katanya melanjutkan..dengan suara tercekat dan terbata bata..
Tiba-tiba,mulutku serasa tertutup rapat,lidahku serasa kelu,tak sanggup lagi mengucap sepatah kata pun mendengar berita itu,aku hanya bisa terduduk membisu.
Ungkapan penyesalan yang begitu dalam ahirnya muncul dari Tulang itu.namun aku masih tetap diam,biarlah semua masa lalu itu kusimpan dalam diam,dilubuk hati terdalam,dan Dameyanti orang yang pernah kucintai itu,akan pulang suatu hari nanti dan berkumpul bersama orang tua,beserta orang yang dicintainya,suami dan anak-anak nya kelak.
Kepulanganku yang kedua kekampung halaman,beserta keluarga kecilku,sengaja aku berhenti sejenak di bak penampungan air itu.bak penampung air hujan yang biasanya dipakai untuk menyemprot daun teh selama musim kemarau.Disana kuceritakan secuil kisah itu kepada Revalina istriku,dan Christian anak pertamaku yang sudah berumur tujuh tahun itu,.bahwa ayahnya dahulu punya kisah cinta yang menarik dibalik goresan tulisan itu,dengan seorang gadis bernama Dameyanti,yang hingga kini tak pernah kembali dan juga kabar beritanya.
Chirstian mengeja tulisan itu dengan seksama.
“Antonius..love..Damayanti…!!”
Sementara Revalina,tersenyum simpul,sambil menatap kearahku penuh pengertian.
Demikian…

Note:Afdeling adalah sebuah pemukiman/perumahan karyawan Perkebunan Teh Sidamanik PTPN2,Afdeling sendiri diadopsi dari bahasa Belanda.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

SDT PAID TO READ EMAILS

LINK QUIZ






 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. abner lumbantoruan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger