Kutunggu kau di Sidikalang
[Sebuah Cerpen,diangkat dari kisah nyata]
“Terkadang aku tak kumengerti pemahaman orang tua kita ini terhadap
anaknya,entah apa sebenarnya salah ku kepada nantulang itu,tapi memang
sekilas Renita pernah bercerita kepadaku,jenjang pendidikan yang
dianggap jomplang,antara aku dan Renita lah yang menjadi persoalan dan
ahirnya membuat Nantulang itu sama sekali tidak menyukaiku.
ya..aku tau,dan aku sadar,aku hanya lulusan SMA,sedangkan Renita
lulusan sarjana,katanya aku tidak layak berpacaran dengan Renita”
kata jogi melanjutkan.
“Lantas apa hubungannya dengan Renita,kok sampai di ekstradisi gitu
dari Jakarta?”apa karena mereka tidak menyukaimu,lantas tidak merestui
Hubungan kalian?”
“Ya..Itulah salah satu penyebabnya,dan kini semakin rumit dan urusannya kian runyam.”
“ah,,kau semakin berbelit-belit,cobalah kau ceritakan
kronologis-nya,agar aku bisa memahami duduk persoalan kau ini yang
sebenarnya,kita saling bertukar pikiran dan pendapat,syukur-syukur aku
bisa beri pendapat dan masukan kepada kau,setelah aku memahami persoalan
ini dengan jernih,setidaknya dengan menceritakan persoalan yang tengah
kau hadapi, perasaanmu sedikit lega dan plong.”
jawabku mencoba meyakinkan jogi bak seorang ahli psikolog.
“Ya,,kemarin malam Renita dijemput tulang itu,datang diam-.diam,tanpa ada kabar pada renita terlebih dahulu akan kedatangannya.
Bahkan menurut cerita Renita,sesampai dikontrakan Renita,tulang itu
membujuk seraya memohon,agar Renita segera pulang ke Medan,dengan alasan
Nantulang itu dalam keadaan sakit kritis.
persoalannya bukan masalah sakit kritis Nantulang
itu,bukan..!!,karena Renita yakin betul,itu hanya sandiwara mereka
saja,dimana tujuan sebenarnya adalah untuk menjauhkan aku dengan Renita”
“Darimana kau yakin,itu hanya akal-akalan mereka?barangkali memang
benar,mama nya Renita lagi sakit di medan,makanya dia dipaksa pulang.”
“Renita bilang sama aku,bahwa ia sempat komunikasi dengan teman
seangkatan nya,yang kebetulan rumah mereka di medan saling
berdampingan,dan menanyakan keadaan mama nya,dan dia bilang sehat dan
tak ada masalah.”
Kata jogi melanjutkan..
“Bah…!!”
Seperti yang sudah pernah diceritakan jogi kepadaku
sebelumnya,memang,orang tua Renita(Ibu nya) sangat tidak menyukai Jogi
berteman dengan Renita sejak dulu,berulang kali Jogi meminta pendapat
kepadaku akan hal ini,karena memang bukan sekali dua kali saja
peringatan ini dialamatkan Ibunya Renita kepada putri bungsu nya itu.
bahkan suatu ketika,salah seorang abang Renita pernah langsung
memperingatkan Jogi melalui telepon agar tidak mencoba coba mendekati
adiknya itu.
“Jangan mimpi kau,camkan itu.!!faham..?”
kata Abangnya yang berpangkat Kolonel itu,kepada Jogi dengan nada keras,diahir percakapan mereka melalui telepon kala itu.
“Apakah seseorang yang mengenyam pendidikan hingga tingkat sarjana
itu memang ditakdirkan bertemu dengan seorang sarjana pula?apakah aku
salah jika mencintai Renita yang memang kebetulan seorang
sarjana,sementara aku hanya lulusan SMA?dan apa Renita salah jika
mencintai diriku?bukahkan cinta itu definisinya sangat luas dan
Universal?cinta itu tak mengenal strata
sosial,pendidikan,umur,suku,agama dan golongan,cinta itu bahkan
melampaui sekat-sekat budaya,sosial bahkan politik sekalipun.apakah
mereka memahami ini semua?”
Memang disatu sisi,aku memahami betul sikap orang tua yang menurutku
rada kaku dan konservatif ini,karena biar bagaimanapun orang tua selalu
menginginkan anaknya bahagia dan mendapatkan yang terbaik,namun apakah
tingkat pendidikan yang tinggi berbanding lurus dengan pencapaian satu
kebahagiaan kelak?itu sudah pemikiran yang kuno,yang tak berkolerasi
sama sekali..!!
Kata jogi berapi-api.aura wajahnya terlihat mulai emosi,nada suaranya
mulai meninggi,seakan ia ingin menggugat seseorang,tapi tidak jelas
kepada siapa gugatan itu dialamatkan,barangkali inilah puncak dari
kekesalan hatinya.
“Bagaimana menurutmu,apa yang harus kulakukan sekarang?”
tanya jogi kepadaku minta pendapat.
“Hmmm…….”
aku mehela nafas panjang.
“kalau menurut pendapatku segeralah susul Renita,besok atau lusa,bagaimana?”jawabku dengan yakin.
Jogi terlihat diam dan membisu,Matanya mulai berkaca kaca,ia menatapku penuh pertimbangan.sesaat,air matanya mulai menetes.
dibalik sorot matanya,tersimpan sebuah derita,nestapa dan keputus asaan,bahkan rasa cemas yang teramat sangat.
perasaannya bak diaduk-aduk dan penuh berkecamuk.
“kenapa lae,,?”
kataku,saat melihat wajahnya,yang mulai menitikkan air mata.
Kubiarkan dia sejenak untuk melepaskan semua rasa penat yang
menyesaki dadanya,pemandangan sekaligus suasana yang mengharu biru kala
itu.
“Kabar terbaru yang kuterima dari Renita melalui pesan BBM(Blackberry
Masenger)tadi sore mengatakan bahwa dia akan segera dinikahkan dengan
Paribannya yang polisi itu di Sidikkalang,empat hari lagi..!!”
Katanya melanjutkan,dengan suara lirih
“Hah…dinikahkan?..secepat itu…?gila..!!”
jawabku kaget dan hampir tersedak biji salak.
Kemudian Jogi mengeluarkan Smartphone dari saku celananya,dan memperlihatkan isi pesan yang dikirimkan oleh Renita tersebut.
demikian isi pesan yang dikirim melalui Blackberry Mesenger tersebut
“Buat abang Jogi yang kucintai dan kukagumi,sejak pertama sekali
mengenal mu,indah rasanya dunia ini,kesederhanaan mu,keuletan
mu,kedewasaanmu serta kesabaran mu menuntunku hingga aku semakin
dewasa,membuatku bak seorang tuan Putri yang selalu didampingi oleh sang
Pangeran,aku mencintaimu dengan segenap jiwa yang kumiliki,perjuangan
mu untuk mendapatkanku tak pernah kuragukan,sejak aku masih duduk di
semester lima,kala pertama kita mulai berkenalan,bertemu,hingga tak lama
kemudian kita ahirnya berpacaran,meskipun kala itu abang sudah tinggal
dan bekerja di Jakarta,dengan sabar kau selalu menunggu,menyemangatiku
pagi,siang dan malam,agar aku selalu rajin dan semangat demi mendapatkan
nilai IP yang tinggi,sampai saat aku menyusun skripsi,semua berkat
bantuan dan ketulusanmu,bahkan dalam kata penghantar ucapan terimakasih
dalam Skripsiku,tak luput menuliskan namamu sebagai,dedikasi tertinggiku
kepadamu.
“My suplement spirit twenty four hours,Jogi.Marsillam.S”
kedatanganku ke jakarta,sebagaimana menggenapi janjiku kepadamu,kala
pertemuan kita pertama,saat kepulangan ke siantar,dimana aku akan segera
menyusulmu ke Jakarta selepas aku lulus dan medapat Ijasah,semua itu
telah kupenuhi,kemudian kita bertemu kembali dijakarta,semuanya penuh
kebahagian bahkan tak dapat kulukiskan dengan kata-kata.
Dan setelah itu,kita jalani bersama,aku masih ingat,bagaimana kau
bersusah payah mengantarku kemanapun juga untuk memasukan Lamaran
keberbagai Rumah Sakit dan perusahaan lainya,tak terhitung banyaknya
demikian juga pengorbanan mu kepadaku,semuanya kau lakukan penuh dengan
keiklasan serta tulus,aku tau,semua itu semata mata demi rasa cintamu
padaku.aku hargai semua itu,dan kau memang layak mendapatkan
cintaku,begitu juga sebaliknya.!!
hingga kemudian,berkat doa dan kesabaran kita,ahirnya aku diterima
bekerja disalah satu Rumah Sakit di Jakarta,lagi-lagi tak dapat
kulukiskan lewat kata-kata rasa kegembiraku kala itu,aku bahkan sampai
menangis disampingmu mengekspresikan rasa bahagia itu.
Terimakasih abangku,kehadiranmu begitu amat berarti dalam
hidupku,berjuta rasa indah yang kurasakan,demikian juga
denganmu.namun,sampai disitu dulu,hinga suatu ketika,kebahagiaan itu
sempat sirna seketika.
Sampai tiba pada suatu ketika,abangku menghubungimu serta mengancammu
dengan ucapan kasar,namun kau sangat sabar,meskipun aku sangat kecewa
dan protes kepada abangku saat itu,begitu juga tekanan demi tekanan yang
abang terima silih berganti dari keluargaku lainya,bahkan Ibuku
juga,namun kau tak lantas menyerah,bahkan rasa cinta dan sayangmu padaku
kian mengkristal,keras dan berkilau,bak buturan permata Intan yang
berkilau-kilau.bahkan abang selalu mengatakankan.
“sabar,sabar dan sabar,karena itu semua resiko yang harus
kuhadapi,bukankan kah menjalani seseuatu yang memiliki resiko itu jauh
lebih menantang daripada yang tak beresiko sama sekali?disitulah letak
seni nya.!!”
katamu selalu dengan enteng.
Begitu besar pengorbananmu kepada ku,bahkan tak ternilai dan tak dapat dipadankan dengan apapun.
Hingga tiba malam itu,malam yang sangat kubenci,dimana kedua sosok
penting dalam kehidupanku juga keluargaku tiba-tiba saja sudah berdiri
dihadapanku,yaitu Bapak dan abangku,aku dipaksa untuk segera pulang ke
Medan,dan katanya Mama sedang dalam keadaan sakit dan kritis,aku
terkaget-kaget dan shock,belum masih percaya rasanya sosok yang berdiri
dihadapanku adalah sosok Bapak dan Abangku,tambahan lagi berita yang
membuatku hingga pingsan saat mendengarnya,tau kah kau abang?begitu
siuman,aku menangis sejadi jadinya,aku memohon dan memelas kepada Bapak
dan abangku,agar aku dapat dipertemukan denganmu sebelum kami tiba rumah
abangku di Pondok Labu malam itu,namun apa daya,mereka tak menuruti
keinginanku,sepanjang jalan dalam mobil itu,aku menangis dan meronta,jok
yang kududuki penuh dengan air mata,sepanjang jalan dikegelapan malam
itu,aku membayangkan wajahmu,aku berharap dirimu datang serta
menghentikan mobil yang dikemudiakan oleh abangku,serta menarik ku
keluar dari mobil itu,kemudian membawaku pergi,ya..pergi dan lari entah
kemana,asalkan bersamamu.
Namun yang kunanti tak kunjung tiba,sepanjang malam aku menangis,aku
selalu membayangkan sosok wajahmu,aku dibayangi ketakutan,kubayangkan
ini kali terahir aku berada di Jakarta,sekaligus tak lagi dapat berjumpa
denganmu,harapanku sudah sia sia dan sirna.!!
Taukah kau?kesok harinya,aku masih berharap kau datang menemuiku
dibandara Soekarno-Hatta,ketika aku akan meninggalkan jakarta dan pulang
bersama Bapak,namun lagi-lagi kau tak kunjung tiba,sirna semua harapan
ku,namun,,semua kumaklumi semua kumengerti atas ketidak datanganmu
menjumpaiku saat itu,keraguanmu bilamana harus bertemu lagi dengan
Abangku.hanya itulah jawaban yang bisa diterima akalku yang terkadang
tak bisa lagi kubedakan berpikir rasional.bahkan alasan itu pula yang
menenteramkan segenap alam pikiranku selama penerbangan dua jam antara
Jakarta dan Medan.
Abang,kini segalanya semakin berantakan,mimpi buruk itu akan segera
tiba menghampiriku,Bapak dan Mamak serta semua keluarga ternyata
jauh-jauh hari sudah membicarakan acara besar dengan pihak Namboru kami
di Sidikkalang,dan tinggal menunggu hari untuk menikahkanku dengan
paribanku si polisi yang pernah kuceritakan itu padamu,dalam waktu yang
tidak lama lagi.
Tak perduli sejauh apa jarakmu sekarang dengan diriku,tak perduli
sebesar apa tantangan yang akan kau hadapi sekarang,tak perduli resiko
besar apa yang bakalan kau hadapi.
yang kuminta hanya satu darimu
Datanglah ke Sidikkalang ini alamatnya,
Sebelum aku dibawa ke Gereja,sebelum kau terlambat,dan sebelum aku
dihadapkan pada satu kenyataan pahit yang menjadi penyesalanku seumur
hidup.
kumohon,datanglah kau secepatnya,bawalah aku pergi dari sana,sejauh
mungkin bersamamu,ini kesempatan dan perjuangan terahir kita abang, dan
ini lah sisa-sisa kekuatanku yang sengaja kusimpan untukmu,biarkan aku
meraih kebahagiaanku sendiri bersamamu.aku ingin hidup dan mati
bersamamu sampai maut memisahkan kita nantinya.kuharap abang segera
menemuiku begitu membaca semua isi pesan ini.tak perlu bersedih,bahkan
menangis dulu,simpan dulu air mata mu,karena kenyataan yang kau dapati
nanti disini, bisa saja jauh lebih menguras air mata mu.
dan satulagi abang,masih ingat lemari pakaian yang dikost anku itu
kan?disana dibawah baju dinas yang sering aku pakai lihatlah dibawah
lipatan baju itu,disana masih ada sisa uang yang sengaja
kusisipkan,meski tak seberapa,ambil dan pakailah uang itu untuk menambah
keperluanmu ke Medan,segeralah kesana dan setelah itu secepatnya susul
aku ke Sidikalang sesuai dengan alamat yang kuberikan diatas,sesuai
dengan rute naik mobil menuju alamat itu.kabari aku secepatnya setiba di
Medan dan setelah sampai di Sidikalang
Kutunggu kau di Sidikalang.!!
Semoga Tuhan menyertai perjalanan mu abang.
Dariku yang mencintaimu
Renita Florenscia.S.
???????
Pesan singkat ini dikirimkan Renita melalu Blackberry Masenger,dan
dikirim dengan jumlah yang banyak secara bersambung,kalimat dan
kata-kata ditulis secara singkatan,aku dan Jogi,berusaha,menterjemahkan
sendiri rangkaian kata dan kalimat yang ditulis dengan cara
disingkat-singkat itu.
Mataku berkaca-kaca saat membaca semua isi BBM yang sangat panjang
ini,semua dituliskan penuh dengan kejujuran dan ditengah keputus asaan
Renita,aku tak bisa bayangkan bagaimana remuk redamnya perasaan jogi
saat membaca isi pesan dari Renita itu,aku juga tak bisa bayangkan
situasi yang tengah dirasakan Renita disana.
“Bagaimana menurutmu?”kata Jogi lirih..
“Segeralah kau susul,kejarlah cintamu jangankan ke Sidikalang,bahkan
ke ujung langit sekalipun.!!,tunjukkan pada Renita,bahkan kepada
keluarganya,bahwa kau memang tak main-main,tunjukkan bahwa kau laki-laki
yang punya prinsip tak mudah menyerah,perjuangkan cintamu,itu baru
namanya Gentelemen..!!”
kataku kepada Jogi sambil menepuk pundaknya,memberi semangat dan
dukungan.jogi hanya menundukkan kepala seakan berusaha berpikir keras
menemukan jalan terbaik ditengah kondisi yang sangat pelik itu.
“baiklah…aku putuskan untuk segera Menyusulnya ke Sidikalang.”
Kesokan harinya,Jogi berangkat menuju Bandara Soehatta dengan
menumpangi Bus Damri dan sebelumnya dia terlebih dahulu mampir ke Kost
Renita di bilangan Slipi,Jakarta Barat,untuk mengambil titipan yang
dipesankan oleh Renita.
“Jangan lupa,kabari kepadaku perkembangan berikutnya dari Sidikalang”
pesanku kepada jogi ketika hendak berangkat pagi itu.
Kabar terahir dari jogi ia mengatakan sudah tiba di Medan,sekitar
pukul 5 sore,untuk kemudian menginap dirumah salah satu kawannya
didaerah simpang limun Medan,dan kesok paginya segera menuju
Sidikalang,menjemput Renita.
dan sepanjang jalan pula,kucoba selalu memberi semangat,sekaligus teknis cara membawa Renita lari bersamanya.
Kesokan harinya,ponsel Jogi sama sekali tak merespon,sms tak
dibalas,kucoba menghubungi nomornya.namun tidak aktif,praktis,sejak saat
itu,aku kehilangan kontak dengan Jogi.komunikasi kami terputus
total.aku sempat kawatir dan meragukan keberhasilan rencana nya,namun
rasa kekawatiranku segera sirna,mengingat jogi bukan type laki-laki”anak
kemarin”yang merantau di jakarta,dia tau betul apa terbaik buat
dirinya,begitu juga segala resiko,esensi dan dampak dari semua atas
tindakan yang dia lakukan.aku tau betul,Jogi adalah type pria yang
sangat memegang prinsip dalam hidup.
Aku berharap semoga Jogi berhasil membawa Renita dari Sidikalang,dan
cinta mereka kembali dipersatukan oleh satu ikatan janji.dan kelak
membina rumah tangga,tentu atas restu kedua orang tua Renita.
Dua tahun kemudian**
Disatu terminal bus travel,rute Jakarta-Bandung “Baraya”di daerah
Pasteur,Bandung.Kala itu aku hendak pulang ke Jakarta,seusai menghadiri
undangan pernikahan salah satu kawan yang berdomisili di Bandung,marga
Silalahi.Sebelum menaiki bus travel ber kelas eksekutif itu,aku sengaja
menghabiskan sebatang rokok disebuah warung dipinggir jalan,dekat pintu
masuk terminal itu,segelas kopi hideung kupesan kepada si ceu..sipemilik
warung itu.
Tak lama kemudian.
“Tin..tin…tinn..!!
Suara klakson Toyota Avanza hitam yang sengaja diparkir ditepi jalan
yang jaraknya sekitar lima meter dari tempatku duduk,sejenak aku melirik
kearah mobil itu,namun tak kupedulikan.dan kemudian kembali kureguhan
kopi hideung si ceu..yang rasanya kian manis apalagi ditambah senyuman
manis. mojang parahyangan siempunya warung itu..
“Tinn..tinn…tinn.!!”
Sipengendara avanza hitam itu kembali membunyikan klakson nya,sejurus
kemudia,sosok seseorang tampak menjulurkan kepalanya keluar.
“Hoi…lae…!!”
“Hoi…lae Silalahi…!!”
Teriak sipengemudi avanza ke arahku,aku langsung merespon,ketika ia
menyebut”Silalahi”.kemudian ia bergegas turun dari mobil itu,ia
menghampiriku dengan tergopoh gopoh.
“Lae Silalahi kan?”katanya dengan wajah kaget..
“Bah…lae Jogi..?”jawabku tak kalah kaget.
Ia langsung memelukku dengan erat.
“Kemana saja kau lae..aku mencarimu ke tempat kontrakan kita
dulu,tapi ternyata kau sudah pindah,pindah kemana kau?”sergah Jogi
padaku.
“Seminggu sejak kau ke pulang ke Medan(menjemput Renita) aku pindah
kedaerah Cempaka putih,sepi..!!sejak tak ada kau.!.apalagi dua hari
sejak kau di medan tak bisa lagi nomor hp mu kuhubungi,kenapa nomor kau
tak bisa dihubungi kala itu?”tanyaku pada Jogi.
“Nantilah akan kuceritakan semua perjalanku itu secara lengkap
kepadamu lae,lagi ngapain kau di Bandung,?trus ngapain lae di Baraya
ini?ayo..kita kerumah saja dulu.”
kata jogi sambil menarik tanganku masuk kedalam mobil.
Sepanjang jalan didalam mobil itu,aku sengaja kembali mengorek kisah
perjalanan-nya sewaktu menjemput Renita dari Sidikalang berikut
lika-liku yang dihadapinya.
Namun jogi hanya tertawa dan sesekali tersenyum sungging kepadaku.
“Hahaha….nantilah,akan kuceritakan semuanya padamu lae..”
Setengah jam kemudiankami tiba dirumah Jogi,sebuah kompleks
Perumahan,di daerah Bandung Utara,kompleks itu dihuni mayoritas para
kelas menengah,Rumah bergaya minimalis modern,type 42.bercat cream
dengan kombinasi abu-abu.Setiba didepan rumah,lampu taman sudah tampak
menyala.
Sosok wanita,dengan mengenakan pakaian tidur,tiba-tiba keluar dari dalam rumah,sembari membukakan pintu.
dialah Nyonya si empunya rumah itu.
Renita Florencia.S alias nyonya Jogi.
“Lihat mah…siapa yang kubawa…”
Kata jogi kepada Renita,yang seakan memberi kejutan dan surprise kepada istrinya itu.
“Hah…bang Silalahi,?
ketemu dimana sama bang Jogi..?
gimana kabarnya bang..?
darimana saja,kok lama tak ada kabar..?”
kata Renita bertubi-tubi,melayangkan pertanyaan padaku.
“Ayo.silahkan…masuk.”kata Renita ramah sembari mempersilahkan aku masuk kedalam rumah mereka.
“Punteun..”
Kataku bak orang sunda ketika memohon izin masuk kedalam rumah.
“sok atuh,,mangga…”
jawab si empunya rumah dgn tersenyum.
Wajah Renita terlihat semakin muda dan cantik,kulit nya kian putih
dan terlihat makin seksi dengan kacamatanya,penampilanya sangat berbeda
dibanding dua tahun lalu,entahlah mungkin faktor cuaca yang sejuk
didaerah ini.membuatnya semakin cantik,atau karena Jogi semakin rajin
memberi perhatian khusus tentang penampilan istrinya itu.entahlah..!!
Usai makan malam,sambil menikmati teh hangat,kemudian kami bertiga
ngobrol panjang lebar,dan sesuai janji Jogi,untuk menceritakan
perjalanan-nya ketika menjemput Renita ke Sidikalang sekitar dua tahun
yang lalu,secara rinci dan detail.
Sesekali Renita ikut menimpali dan mengamini,saat Jogi menuturkan
bagian-bagian detil kisah perjalanan mereka berdua kala itu,bahkan ada
bagian yang sangat mengharukan,yang membuat Renita tak kuasa menahan air
matanya,termasuk saat mereka malam itu kabur dari Sidikalang.dan
terdampar di daerah Porsea,daerah yang teramat asing bagi Jogi dan
Renita,yang kala itu hanya berbekal sisa uang 125 ribu,padahal malam itu
juga,harus segera berangkat menuju Jakarta.
Sementara orang tua Renita beserta,keluarga namboru-nya di sidikalang
sudah kalang kabut,saat diketahui Renita kabur dari Rumah sementara
pesta sudah menjelang hitungan hari.semua keluarga berpencar mencari
mereka berdua.namun hasilnya nihil.nomor ponsel jogi dan renita pun
sudah berganti,praktis tak bisa dihubungi oleh siapa pun,bisa
dibayangkan kegemparan yang terjadi saat itu dikedua keluarga Renita dan
keluarga Namboru nya par sidikalang itu.
“Itulah kenapa nomor ku saat itu tak dapat dihubungi lae..”
Kata Jogi menjelaskan kepadaku.
“ooh…..ya..ya…”
kataku sambil mengangguk.
Singkat cerita,kemudian mereka sampai di Bandung,tinggal di Jakarta
sengaja dihindari,untuk menutup jejak dari kejaran abangnya yang Kolonel
itu.
Kemudian dua minggu sejak mereka dibandung,ahirnya mereka menikah di
sebuah Gereja beraliran Kharismatik di Bandung,dengan proses yang sangat
singkat dan sederhana,hanya dihadiri sekitar puluhan orang.itupun para
jemaat sidang gereja itu.
(Renita kembali menitikkan air mata saat Jogi mengisahkan bagian ini)
Pahit getir kehidupan mulai mereka jalani berdua,diawal-awal
menjalani bahtera rumah tangga,status hidup dalam pelarian,hidup dalam
bayang-bayang ketakutan,selalu waswas dan diliputi rasa cemas,status
Jogi benar-benar menjadi Buronan Mertua.!!
Hampir satu tahun lebih,hidup dalam pelarian itu dijalani oleh Jogi dan
Renita di Bandung,selama itu pula hampir tiga kali berpindah pindah
tempat tinggal,untuk menghindari kejaran pihak keluarga Renita,selama
itu pula,komunikasi antara Renita dengan semua keluarganya putus
total..!!
Hingga pada suatu ketikaKetua RW dan Pak RT setempat, mendatangi rumah kontrakan
mereka,bersama tiga orang berbadan tegap,berpangkas cepak,mengenakan
baju safari,mengaku anggota TNI AD,dari salah satu kesatuan di Bandung.
“Siapa yang suruh bapak bapak? Ada urusan apa kami dengan
tentara?”kata Renita kepada ketiga anggota TNI berbadan tegap-tegap itu
dengan sengit,ternyata feeling dan naluri Renita memang tak
meleset,urusan dengan aparat TNI,berarti tak lain,hubungan-nya dengan
abangnya di Pondok Labu itu.
Kala itu suasana serasa mencekam dan gaduh,Renita sempat histeris dan
menangis dirumah,jogi juga tampak ketakutan,wajahnya pucat pasi,yang
terbayang dibenaknya adalah segera dibawa kehadapan lae-nya,yang kala
itu ia gambarkan sebagai tentara bengis itu.ia akan segera disidang,atau
bahkan lebih parah,ia akan dipenjarakan.!
Suasana kian ramai,para tetangga sekitar berdatangan.
Pak RW dan pak RT,berusaha menenangkan serta memberikan penjelasan
kepada Renita,tentang ikhwal dan maksud kedatangan ketiga orang tentara
itu,demikian juga kepada Jogi.
kemudian.
Setelah melalui negosiasi yang alot,ahirnya sore itu mereka berdua
bersedia dibawa oleh ketiga anggota TNI itu.yang tak lain kerumah abang
nya Renita di Pondok Labu.
Tak ada lagi pilihan,selain pasrah sepanjang jalan mereka
berdoa,sejak masuk pintu tol dari Bandung,perjalanan selama hampir dua
jam lebih menyusuri ruas tol yang sangat panjang dan jauh itu.suasana
didalam mobil jenis Toyota SUV bergardan ganda itu begitu
hening,sepanjang jalan,jogi memegang tangan Renita,seakan saling
menguatkan,sesekali wajah tentara yang menjemput mereka berdua melempĂ r
senyum kepada Renita.
Hingga ahirnya mereka tiba di Pondok Labu,Jakarta.dirumah abang Renita.
Seriba disana,ternyata kedua orang tua Renita sudah menunggu,bersama
kakak perempuan satu satunya Renita,yang selama ini tinggal di
Surabaya,yaitu Kak Ria,serta satu lagi abang Renita yang tinggal di
Halim Perdanakusuma,Jakarta Timur,yaitu Roby Marthinus,beserta keluarga
abangnya yang kolonel itu.
Renita tampak kikuk dan canggung saat melangkah-kan kakinya menuju pintu
rumah itu,jogi berusahĂ menarik tanganya istrinya itu,walau sebenarnya
saat itu dilanda rasa ketakutan yang berkecamuk
Namun belum juga langkah kaki sampai didepan pintu,kak Ria langsung
berlari menyongsong Renita dan langsung memeluknya,kak Ria
menangis,sambil menciumi wajah adik”siampudan”mereka itu.mereka berdua
menangis sejadi jadinya dan saling melepas rindu.
Jogi tampak berdiri tegang,diam dan membisu,mulutnya tertutup
rapat,kepalanya tertunduk,ia belum tau apa yang bakal terjadi
kepadanya,ia menggambarkan situasi saat itu,antara ketakutan dan sedikit
kelegan,semua campur aduk,namun disatu sisi,ia juga merasa bak berada
dalam ruangan instalasi khusus,yang sebentar lagi akan di eksekusi oleh
para algojo-algojo bengis,yang sudah siap didepan-nya.
Kemudian satu persatu memeluk Renita,bahkan Ibu dan bapak-nya Renita juga terlihat menangis haru sambil memeluk Renita.
“darimana aja nya kau selama ini inang,kenapa harus begini?..huu,,,,huu,,huu,,..”
Kata ibu nya,sambil memeluk tubuh Renita dengan suara tercekat dan sesenggukan.
Suasananya terasa mengharu biru,abang nya si Kolonel itu terlihat hanya
diam membisu,suasana sedikit agak mencair,saat Bapak nya Renita,yang tak
lain adalah mertua nya Jogi itu menyuruhnya duduk dikursi sofa.
Singkat cerita
Ahirnya satu bulan sesudah itu.pembicaraan adat pun direncakan,dan
kedua belah saling berembuk di jakarta,setelah melewati proses yang amat
panjang dan alot,bahkan tarik ulur,mengenai kesepakatan besaran sinamot
yang harus dibayarkan oleh pihak par anak.(pihak keluarga Jogi dari
siantar)
Acara pesta adat Mangadati pun dilangsungkan disebuah gedung di daerah Jakarta Timur.
Dan sejak itu,Jogi resmi diterima oleh pihak keluarga Renita sebagai
Hela atau menantu,dan Jogi resmi menyandang Ulos hela,pemberian dari
kedua mertua nya itu.**
Malam itu kami ngobrol hingga pukul 23:00 malam,Renita tampaknya
sudah mulai terkantuk-kantuk dan beberapa kali menguap,setelah itu ia
pamit untuk tidur terlebih dahulu,setelah itu,aku masih lanjut bercerita
dengan Jogi hingga mendekati pukul 02:00 pagi,setelah itu kami tidur.
Malam itu aku menginap dirumah keluarga Jogi dan kemudian esok
harinya,seusai sarapan pagi dengan sepotong roti bakar dan segelas susu
yang sudah disipakan oleh Renita,ahirnya aku mohon pamit dan
meninggalkan rumah itu.Jogi kembali mengantarku ke arah
Pasteur.didalam.mobil itu,kami masih melanjutkan obrolan kami,yang
serasa tiada habisnya.
“Aku tau,suatu hari nanti kau pasti akan menuliskan kisah ku ini,hehehe…”
Kata jogi penuh percaya diri.
“Hah….memangnya apa hebatnya kau?sampai-sampai kisahmu kutuliskan
dalam satu catatan?macam tokoh penting atau atau sosok Negarawan di
Indonesia ini saja kau pakai ditulis segala kisahmu,lagi pula siapa yang
bakal tertarik membaca kisah mu ini?hahaha…”kataku meledeknya.
“Eits…nanti dulu..!!,emang dulu apa hebatnya Angelina dan si Ruth
boru Sinaga itu,kok kau dulu menulis kisah mereka?padahal kisah mereka
kan terkesan monoton gak terlalu menarik-menarik amat kisahnya?
Apalagi kisahnya Angelina,sampai-sampai menyerupai Novel lagi kau buat..hahaha..”
Kata jogi melanjutkan.
“Oh…itu beda kasus bro.. ada alasan tertentu dibalik tulisan itu kawan…hahaha.!!..”
kataku mencoba berkelit dan membela diri.
Jogi menyebut Angelina dan Ruth,Angelina adalah mantan kekasihku
dulu,gadis asal Minahasa,Sulawesi Utara.sementara Ruth adalah mantan
pacar Jogi,jauh sebelum dia mengenal Renita,beberapa tahun yang
lampau,kedua wanita tersebut pernah kubuatkan catatan tentang perjalanan
dan pengalaman hidupnya.**
“Tapi aku serius kok..bila kau ada waktu tuliskanlah kisahku ini,aku
yakin,kau pasti sudah menemukan plot dan klimas dari kisahku
ini,tulislah..pasti ada pesan positif yang nanti ditemukan oleh
pembaca..”kata Jogi serius.
“Ya..akan kupertimbangkan,tapi harus kulihat dulu dari berbagai sisi
dan aspek,termasuk dari sisi Komersil-nya,layak jual apa tidak?hahaha…”
“Nah…kan..?lagi-lagi ujungnya ke soal materi..hahaha…”
kata Jogi sambil terkekeh diujung percakapan kami.
Sesaat kemudian,kami pun tiba di terminal bus travel,yang tak terlalu
jauh dari Pintu tol Pasteur itu,sebelum beranjak pergi,Jogi memelukku
sambil menjabat tanganku dengan erat,ia faham betul,hubungan
persahabatan kami yang sudah lama terjalin,bukan karena faktor kebetulan
semata,kala satu kontrakan dulu,namun lebih daripada itu,faktor
kedekatan secara emosional sudah tertanam sejak lama bagi kami berdua.
Biar bagaimanapun,separuh dari kisah dan perjalanan hidupnya,termasuk kisah dan lika-liku asmaranya,semuanya kuketahui.
Siang menjelang sore,ahirnya kami berpisah di terminal itu,wajah Jogi
terlihat sumringah dan berseri seri,biar bagaimanapun,rasa rindu,selama
dua tahun lebih tak pernah bertemu kini telah terobati.
Kemudian Jogi menghilang ditengah keramaian dan hiruk pikuk kendaraan
yang berlalu lalang diruas jalan protokol ditengah kota yang berjuluk
Paris Van Java itu.**
Home »
» Kutunggu Kau di Sidikalang
Kutunggu Kau di Sidikalang
Written By Unknown on Friday, 4 December 2015 | 13:45
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Horas....tolong dicantumkan nama penulis asli dari cerpen ini
ReplyDeleteTks.