Home » » Kutunggu Kau di Sidikalang

Kutunggu Kau di Sidikalang

Written By Unknown on Friday, 4 December 2015 | 13:45

Kutunggu kau di Sidikalang
[Sebuah Cerpen,diangkat dari kisah nyata]


“Terkadang aku tak kumengerti pemahaman orang tua kita ini terhadap anaknya,entah apa sebenarnya salah ku kepada nantulang itu,tapi memang sekilas Renita pernah bercerita kepadaku,jenjang pendidikan yang dianggap jomplang,antara aku dan Renita lah yang menjadi persoalan dan ahirnya membuat Nantulang itu sama sekali tidak menyukaiku.
ya..aku tau,dan aku sadar,aku hanya lulusan SMA,sedangkan Renita lulusan sarjana,katanya aku tidak layak berpacaran dengan Renita”
kata jogi melanjutkan.
“Lantas apa hubungannya dengan Renita,kok sampai di ekstradisi gitu dari Jakarta?”apa karena mereka tidak menyukaimu,lantas tidak merestui Hubungan kalian?”
“Ya..Itulah salah satu penyebabnya,dan kini semakin rumit dan urusannya kian runyam.”
“ah,,kau semakin berbelit-belit,cobalah kau ceritakan kronologis-nya,agar aku bisa memahami duduk persoalan kau ini yang sebenarnya,kita saling bertukar pikiran dan pendapat,syukur-syukur aku bisa beri pendapat dan masukan kepada kau,setelah aku memahami persoalan ini dengan jernih,setidaknya dengan menceritakan persoalan yang tengah kau hadapi, perasaanmu sedikit lega dan plong.”
jawabku mencoba meyakinkan jogi bak seorang ahli psikolog.
“Ya,,kemarin malam Renita dijemput tulang itu,datang diam-.diam,tanpa ada kabar pada renita terlebih dahulu akan kedatangannya.
Bahkan menurut cerita Renita,sesampai dikontrakan Renita,tulang itu membujuk seraya memohon,agar Renita segera pulang ke Medan,dengan alasan Nantulang itu dalam keadaan sakit kritis.
persoalannya bukan masalah sakit kritis Nantulang itu,bukan..!!,karena Renita yakin betul,itu hanya sandiwara mereka saja,dimana tujuan sebenarnya adalah untuk menjauhkan aku dengan Renita”
“Darimana kau yakin,itu hanya akal-akalan mereka?barangkali memang benar,mama nya Renita lagi sakit di medan,makanya dia dipaksa pulang.”
“Renita bilang sama aku,bahwa ia sempat komunikasi dengan teman seangkatan nya,yang kebetulan rumah mereka di medan saling berdampingan,dan menanyakan keadaan mama nya,dan dia bilang sehat dan tak ada masalah.”
Kata jogi melanjutkan..
“Bah…!!”
Seperti yang sudah pernah diceritakan jogi kepadaku sebelumnya,memang,orang tua Renita(Ibu nya) sangat tidak menyukai Jogi berteman dengan Renita sejak dulu,berulang kali Jogi meminta pendapat kepadaku akan hal ini,karena memang bukan sekali dua kali saja peringatan ini dialamatkan Ibunya Renita kepada putri bungsu nya itu.
bahkan suatu ketika,salah seorang abang Renita pernah langsung memperingatkan Jogi melalui telepon agar tidak mencoba coba mendekati adiknya itu.
“Jangan mimpi kau,camkan itu.!!faham..?”
kata Abangnya yang berpangkat Kolonel itu,kepada Jogi dengan nada keras,diahir percakapan mereka melalui telepon kala itu.
“Apakah seseorang yang mengenyam pendidikan hingga tingkat sarjana itu memang ditakdirkan bertemu dengan seorang sarjana pula?apakah aku salah jika mencintai Renita yang memang kebetulan seorang sarjana,sementara aku hanya lulusan SMA?dan apa Renita salah jika mencintai diriku?bukahkan cinta itu definisinya sangat luas dan Universal?cinta itu tak mengenal strata sosial,pendidikan,umur,suku,agama dan golongan,cinta itu bahkan melampaui sekat-sekat budaya,sosial bahkan politik sekalipun.apakah mereka memahami ini semua?”
Memang disatu sisi,aku memahami betul sikap orang tua yang menurutku rada kaku dan konservatif ini,karena biar bagaimanapun orang tua selalu menginginkan anaknya bahagia dan mendapatkan yang terbaik,namun apakah tingkat pendidikan yang tinggi berbanding lurus dengan pencapaian satu kebahagiaan kelak?itu sudah pemikiran yang kuno,yang tak berkolerasi sama sekali..!!
Kata jogi berapi-api.aura wajahnya terlihat mulai emosi,nada suaranya mulai meninggi,seakan ia ingin menggugat seseorang,tapi tidak jelas kepada siapa gugatan itu dialamatkan,barangkali inilah puncak dari kekesalan hatinya.
“Bagaimana menurutmu,apa yang harus kulakukan sekarang?”
tanya jogi kepadaku minta pendapat.
“Hmmm…….”
aku mehela nafas panjang.
“kalau menurut pendapatku segeralah susul Renita,besok atau lusa,bagaimana?”jawabku dengan yakin.
Jogi terlihat diam dan membisu,Matanya mulai berkaca kaca,ia menatapku penuh pertimbangan.sesaat,air matanya mulai menetes.
dibalik sorot matanya,tersimpan sebuah derita,nestapa dan keputus asaan,bahkan rasa cemas yang teramat sangat.
perasaannya bak diaduk-aduk dan penuh berkecamuk.
“kenapa lae,,?”
kataku,saat melihat wajahnya,yang mulai menitikkan air mata.
Kubiarkan dia sejenak untuk melepaskan semua rasa penat yang menyesaki dadanya,pemandangan sekaligus suasana yang mengharu biru kala itu.
“Kabar terbaru yang kuterima dari Renita melalui pesan BBM(Blackberry Masenger)tadi sore mengatakan bahwa dia akan segera dinikahkan dengan Paribannya yang polisi itu di Sidikkalang,empat hari lagi..!!”
Katanya melanjutkan,dengan suara lirih
“Hah…dinikahkan?..secepat itu…?gila..!!”
jawabku kaget dan hampir tersedak biji salak.
Kemudian Jogi mengeluarkan Smartphone dari saku celananya,dan memperlihatkan isi pesan yang dikirimkan oleh Renita tersebut.
demikian isi pesan yang dikirim melalui Blackberry Mesenger tersebut
“Buat abang Jogi yang kucintai dan kukagumi,sejak pertama sekali mengenal mu,indah rasanya dunia ini,kesederhanaan mu,keuletan mu,kedewasaanmu serta kesabaran mu menuntunku hingga aku semakin dewasa,membuatku bak seorang tuan Putri yang selalu didampingi oleh sang Pangeran,aku mencintaimu dengan segenap jiwa yang kumiliki,perjuangan mu untuk mendapatkanku tak pernah kuragukan,sejak aku masih duduk di semester lima,kala pertama kita mulai berkenalan,bertemu,hingga tak lama kemudian kita ahirnya berpacaran,meskipun kala itu abang sudah tinggal dan bekerja di Jakarta,dengan sabar kau selalu menunggu,menyemangatiku pagi,siang dan malam,agar aku selalu rajin dan semangat demi mendapatkan nilai IP yang tinggi,sampai saat aku menyusun skripsi,semua berkat bantuan dan ketulusanmu,bahkan dalam kata penghantar ucapan terimakasih dalam Skripsiku,tak luput menuliskan namamu sebagai,dedikasi tertinggiku kepadamu.
My suplement spirit twenty four hours,Jogi.Marsillam.S
kedatanganku ke jakarta,sebagaimana menggenapi janjiku kepadamu,kala pertemuan kita pertama,saat kepulangan ke siantar,dimana aku akan segera menyusulmu ke Jakarta selepas aku lulus dan medapat Ijasah,semua itu telah kupenuhi,kemudian kita bertemu kembali dijakarta,semuanya penuh kebahagian bahkan tak dapat kulukiskan dengan kata-kata.
Dan setelah itu,kita jalani bersama,aku masih ingat,bagaimana kau bersusah payah mengantarku kemanapun juga untuk memasukan Lamaran keberbagai Rumah Sakit dan perusahaan lainya,tak terhitung banyaknya demikian juga pengorbanan mu kepadaku,semuanya kau lakukan penuh dengan keiklasan serta tulus,aku tau,semua itu semata mata demi rasa cintamu padaku.aku hargai semua itu,dan kau memang layak mendapatkan cintaku,begitu juga sebaliknya.!!
hingga kemudian,berkat doa dan kesabaran kita,ahirnya aku diterima bekerja disalah satu Rumah Sakit di Jakarta,lagi-lagi tak dapat kulukiskan lewat kata-kata rasa kegembiraku kala itu,aku bahkan sampai menangis disampingmu mengekspresikan rasa bahagia itu.
Terimakasih abangku,kehadiranmu begitu amat berarti dalam hidupku,berjuta rasa indah yang kurasakan,demikian juga denganmu.namun,sampai disitu dulu,hinga suatu ketika,kebahagiaan itu sempat sirna seketika.
Sampai tiba pada suatu ketika,abangku menghubungimu serta mengancammu dengan ucapan kasar,namun kau sangat sabar,meskipun aku sangat kecewa dan protes kepada abangku saat itu,begitu juga tekanan demi tekanan yang abang terima silih berganti dari keluargaku lainya,bahkan Ibuku juga,namun kau tak lantas menyerah,bahkan rasa cinta dan sayangmu padaku kian mengkristal,keras dan berkilau,bak buturan permata Intan yang berkilau-kilau.bahkan abang selalu mengatakankan.
“sabar,sabar dan sabar,karena itu semua resiko yang harus kuhadapi,bukankan kah menjalani seseuatu yang memiliki resiko itu jauh lebih menantang daripada yang tak beresiko sama sekali?disitulah letak seni nya.!!”
katamu selalu dengan enteng.
Begitu besar pengorbananmu kepada ku,bahkan tak ternilai dan tak dapat dipadankan dengan apapun.
Hingga tiba malam itu,malam yang sangat kubenci,dimana kedua sosok penting dalam kehidupanku juga keluargaku tiba-tiba saja sudah berdiri dihadapanku,yaitu Bapak dan abangku,aku dipaksa untuk segera pulang ke Medan,dan katanya Mama sedang dalam keadaan sakit dan kritis,aku terkaget-kaget dan shock,belum masih percaya rasanya sosok yang berdiri dihadapanku adalah sosok Bapak dan Abangku,tambahan lagi berita yang membuatku hingga pingsan saat mendengarnya,tau kah kau abang?begitu siuman,aku menangis sejadi jadinya,aku memohon dan memelas kepada Bapak dan abangku,agar aku dapat dipertemukan denganmu sebelum kami tiba rumah abangku di Pondok Labu malam itu,namun apa daya,mereka tak menuruti keinginanku,sepanjang jalan dalam mobil itu,aku menangis dan meronta,jok yang kududuki penuh dengan air mata,sepanjang jalan dikegelapan malam itu,aku membayangkan wajahmu,aku berharap dirimu datang serta menghentikan mobil yang dikemudiakan oleh abangku,serta menarik ku keluar dari mobil itu,kemudian membawaku pergi,ya..pergi dan lari entah kemana,asalkan bersamamu.
Namun yang kunanti tak kunjung tiba,sepanjang malam aku menangis,aku selalu membayangkan sosok wajahmu,aku dibayangi ketakutan,kubayangkan ini kali terahir aku berada di Jakarta,sekaligus tak lagi dapat berjumpa denganmu,harapanku sudah sia sia dan sirna.!!
Taukah kau?kesok harinya,aku masih berharap kau datang menemuiku dibandara Soekarno-Hatta,ketika aku akan meninggalkan jakarta dan pulang bersama Bapak,namun lagi-lagi kau tak kunjung tiba,sirna semua harapan ku,namun,,semua kumaklumi semua kumengerti atas ketidak datanganmu menjumpaiku saat itu,keraguanmu bilamana harus bertemu lagi dengan Abangku.hanya itulah jawaban yang bisa diterima akalku yang terkadang tak bisa lagi kubedakan berpikir rasional.bahkan alasan itu pula yang menenteramkan segenap alam pikiranku selama penerbangan dua jam antara Jakarta dan Medan.
Abang,kini segalanya semakin berantakan,mimpi buruk itu akan segera tiba menghampiriku,Bapak dan Mamak serta semua keluarga ternyata jauh-jauh hari sudah membicarakan acara besar dengan pihak Namboru kami di Sidikkalang,dan tinggal menunggu hari untuk menikahkanku dengan paribanku si polisi yang pernah kuceritakan itu padamu,dalam waktu yang tidak lama lagi.
Tak perduli sejauh apa jarakmu sekarang dengan diriku,tak perduli sebesar apa tantangan yang akan kau hadapi sekarang,tak perduli resiko besar apa yang bakalan kau hadapi.
yang kuminta hanya satu darimu
Datanglah ke Sidikkalang ini alamatnya,
Sebelum aku dibawa ke Gereja,sebelum kau terlambat,dan sebelum aku dihadapkan pada satu kenyataan pahit yang menjadi penyesalanku seumur hidup.
kumohon,datanglah kau secepatnya,bawalah aku pergi dari sana,sejauh mungkin bersamamu,ini kesempatan dan perjuangan terahir kita abang, dan ini lah sisa-sisa kekuatanku yang sengaja kusimpan untukmu,biarkan aku meraih kebahagiaanku sendiri bersamamu.aku ingin hidup dan mati bersamamu sampai maut memisahkan kita nantinya.kuharap abang segera menemuiku begitu membaca semua isi pesan ini.tak perlu bersedih,bahkan menangis dulu,simpan dulu air mata mu,karena kenyataan yang kau dapati nanti disini, bisa saja jauh lebih menguras air mata mu.
dan satulagi abang,masih ingat lemari pakaian yang dikost anku itu kan?disana dibawah baju dinas yang sering aku pakai lihatlah dibawah lipatan baju itu,disana masih ada sisa uang yang sengaja kusisipkan,meski tak seberapa,ambil dan pakailah uang itu untuk menambah keperluanmu ke Medan,segeralah kesana dan setelah itu secepatnya susul aku ke Sidikalang sesuai dengan alamat yang kuberikan diatas,sesuai dengan rute naik mobil menuju alamat itu.kabari aku secepatnya setiba di Medan dan setelah sampai di Sidikalang
Kutunggu kau di Sidikalang.!!
Semoga Tuhan menyertai perjalanan mu abang.
Dariku yang mencintaimu
Renita Florenscia.S.

???????

Pesan singkat ini dikirimkan Renita melalu Blackberry Masenger,dan dikirim dengan jumlah yang banyak secara bersambung,kalimat dan kata-kata ditulis secara singkatan,aku dan Jogi,berusaha,menterjemahkan sendiri rangkaian kata dan kalimat yang ditulis dengan cara disingkat-singkat itu.
Mataku berkaca-kaca saat membaca semua isi BBM yang sangat panjang ini,semua dituliskan penuh dengan kejujuran dan ditengah keputus asaan Renita,aku tak bisa bayangkan bagaimana remuk redamnya perasaan jogi saat membaca isi pesan dari Renita itu,aku juga tak bisa bayangkan situasi yang tengah dirasakan Renita disana.
“Bagaimana menurutmu?”kata Jogi lirih..
“Segeralah kau susul,kejarlah cintamu jangankan ke Sidikalang,bahkan ke ujung langit sekalipun.!!,tunjukkan pada Renita,bahkan kepada keluarganya,bahwa kau memang tak main-main,tunjukkan bahwa kau laki-laki yang punya prinsip tak mudah menyerah,perjuangkan cintamu,itu baru namanya Gentelemen..!!”
kataku kepada Jogi sambil menepuk pundaknya,memberi semangat dan dukungan.jogi hanya menundukkan kepala seakan berusaha berpikir keras menemukan jalan terbaik ditengah kondisi yang sangat pelik itu.
“baiklah…aku putuskan untuk segera Menyusulnya ke Sidikalang.”
Kesokan harinya,Jogi berangkat menuju Bandara Soehatta dengan menumpangi Bus Damri dan sebelumnya dia terlebih dahulu mampir ke Kost Renita di bilangan Slipi,Jakarta Barat,untuk mengambil titipan yang dipesankan oleh Renita.
“Jangan lupa,kabari kepadaku perkembangan berikutnya dari Sidikalang”
pesanku kepada jogi ketika hendak berangkat pagi itu.
Kabar terahir dari jogi ia mengatakan sudah tiba di Medan,sekitar pukul 5 sore,untuk kemudian menginap dirumah salah satu kawannya didaerah simpang limun Medan,dan kesok paginya segera menuju Sidikalang,menjemput Renita.
dan sepanjang jalan pula,kucoba selalu memberi semangat,sekaligus teknis cara membawa Renita lari bersamanya.
Kesokan harinya,ponsel Jogi sama sekali tak merespon,sms tak dibalas,kucoba menghubungi nomornya.namun tidak aktif,praktis,sejak saat itu,aku kehilangan kontak dengan Jogi.komunikasi kami terputus total.aku sempat kawatir dan meragukan keberhasilan rencana nya,namun rasa kekawatiranku segera sirna,mengingat jogi bukan type laki-laki”anak kemarin”yang merantau di jakarta,dia tau betul apa terbaik buat dirinya,begitu juga segala resiko,esensi dan dampak dari semua atas tindakan yang dia lakukan.aku tau betul,Jogi adalah type pria yang sangat memegang prinsip dalam hidup.
Aku berharap semoga Jogi berhasil membawa Renita dari Sidikalang,dan cinta mereka kembali dipersatukan oleh satu ikatan janji.dan kelak membina rumah tangga,tentu atas restu kedua orang tua Renita.
Dua tahun kemudian**
Disatu terminal bus travel,rute Jakarta-Bandung “Baraya”di daerah Pasteur,Bandung.Kala itu aku hendak pulang ke Jakarta,seusai menghadiri undangan pernikahan salah satu kawan yang berdomisili di Bandung,marga Silalahi.Sebelum menaiki bus travel ber kelas eksekutif itu,aku sengaja menghabiskan sebatang rokok disebuah warung dipinggir jalan,dekat pintu masuk terminal itu,segelas kopi hideung kupesan kepada si ceu..sipemilik warung itu.
Tak lama kemudian.
“Tin..tin…tinn..!!
Suara klakson Toyota Avanza hitam yang sengaja diparkir ditepi jalan yang jaraknya sekitar lima meter dari tempatku duduk,sejenak aku melirik kearah mobil itu,namun tak kupedulikan.dan kemudian kembali kureguhan kopi hideung si ceu..yang rasanya kian manis apalagi ditambah senyuman manis. mojang parahyangan siempunya warung itu..
“Tinn..tinn…tinn.!!”
Sipengendara avanza hitam itu kembali membunyikan klakson nya,sejurus kemudia,sosok seseorang tampak menjulurkan kepalanya keluar.
“Hoi…lae…!!”
“Hoi…lae Silalahi…!!”
Teriak sipengemudi avanza ke arahku,aku langsung merespon,ketika ia menyebut”Silalahi”.kemudian ia bergegas turun dari mobil itu,ia menghampiriku dengan tergopoh gopoh.
“Lae Silalahi kan?”katanya dengan wajah kaget..
“Bah…lae Jogi..?”jawabku tak kalah kaget.
Ia langsung memelukku dengan erat.
“Kemana saja kau lae..aku mencarimu ke tempat kontrakan kita dulu,tapi ternyata kau sudah pindah,pindah kemana kau?”sergah Jogi padaku.
“Seminggu sejak kau ke pulang ke Medan(menjemput Renita) aku pindah kedaerah Cempaka putih,sepi..!!sejak tak ada kau.!.apalagi dua hari sejak kau di medan tak bisa lagi nomor hp mu kuhubungi,kenapa nomor kau tak bisa dihubungi kala itu?”tanyaku pada Jogi.
“Nantilah akan kuceritakan semua perjalanku itu secara lengkap kepadamu lae,lagi ngapain kau di Bandung,?trus ngapain lae di Baraya ini?ayo..kita kerumah saja dulu.”
kata jogi sambil menarik tanganku masuk kedalam mobil.
Sepanjang jalan didalam mobil itu,aku sengaja kembali mengorek kisah perjalanan-nya sewaktu menjemput Renita dari Sidikalang berikut lika-liku yang dihadapinya.
Namun jogi hanya tertawa dan sesekali tersenyum sungging kepadaku.
“Hahaha….nantilah,akan kuceritakan semuanya padamu lae..”
Setengah jam kemudiankami tiba dirumah Jogi,sebuah kompleks Perumahan,di daerah Bandung Utara,kompleks itu dihuni mayoritas para kelas menengah,Rumah bergaya minimalis modern,type 42.bercat cream dengan kombinasi abu-abu.Setiba didepan rumah,lampu taman sudah tampak menyala.
Sosok wanita,dengan mengenakan pakaian tidur,tiba-tiba keluar dari dalam rumah,sembari membukakan pintu.
dialah Nyonya si empunya rumah itu.
Renita Florencia.S alias nyonya Jogi.
“Lihat mah…siapa yang kubawa…”
Kata jogi kepada Renita,yang seakan memberi kejutan dan surprise kepada istrinya itu.
“Hah…bang Silalahi,?
ketemu dimana sama bang Jogi..?
gimana kabarnya bang..?
darimana saja,kok lama tak ada kabar..?”
kata Renita bertubi-tubi,melayangkan pertanyaan padaku.
“Ayo.silahkan…masuk.”kata Renita ramah sembari mempersilahkan aku masuk kedalam rumah mereka.
“Punteun..”
Kataku bak orang sunda ketika memohon izin masuk kedalam rumah.
“sok atuh,,mangga…”
jawab si empunya rumah dgn tersenyum.
Wajah Renita terlihat semakin muda dan cantik,kulit nya kian putih dan terlihat makin seksi dengan kacamatanya,penampilanya sangat berbeda dibanding dua tahun lalu,entahlah mungkin faktor cuaca yang sejuk didaerah ini.membuatnya semakin cantik,atau karena Jogi semakin rajin memberi perhatian khusus tentang penampilan istrinya itu.entahlah..!!
Usai makan malam,sambil menikmati teh hangat,kemudian kami bertiga ngobrol panjang lebar,dan sesuai janji Jogi,untuk menceritakan perjalanan-nya ketika menjemput Renita ke Sidikalang sekitar dua tahun yang lalu,secara rinci dan detail.
Sesekali Renita ikut menimpali dan mengamini,saat Jogi menuturkan bagian-bagian detil kisah perjalanan mereka berdua kala itu,bahkan ada bagian yang sangat mengharukan,yang membuat Renita tak kuasa menahan air matanya,termasuk saat mereka malam itu kabur dari Sidikalang.dan terdampar di daerah Porsea,daerah yang teramat asing bagi Jogi dan Renita,yang kala itu hanya berbekal sisa uang 125 ribu,padahal malam itu juga,harus segera berangkat menuju Jakarta.
Sementara orang tua Renita beserta,keluarga namboru-nya di sidikalang sudah kalang kabut,saat diketahui Renita kabur dari Rumah sementara pesta sudah menjelang hitungan hari.semua keluarga berpencar mencari mereka berdua.namun hasilnya nihil.nomor ponsel jogi dan renita pun sudah berganti,praktis tak bisa dihubungi oleh siapa pun,bisa dibayangkan kegemparan yang terjadi saat itu dikedua keluarga Renita dan keluarga Namboru nya par sidikalang itu.
“Itulah kenapa nomor ku saat itu tak dapat dihubungi lae..”
Kata Jogi menjelaskan kepadaku.
“ooh…..ya..ya…”
kataku sambil mengangguk.
Singkat cerita,kemudian mereka sampai di Bandung,tinggal di Jakarta sengaja dihindari,untuk menutup jejak dari kejaran abangnya yang Kolonel itu.
Kemudian dua minggu sejak mereka dibandung,ahirnya mereka menikah di sebuah Gereja beraliran Kharismatik di Bandung,dengan proses yang sangat singkat dan sederhana,hanya dihadiri sekitar puluhan orang.itupun para jemaat sidang gereja itu.
(Renita kembali menitikkan air mata saat Jogi mengisahkan bagian ini)
Pahit getir kehidupan mulai mereka jalani berdua,diawal-awal menjalani bahtera rumah tangga,status hidup dalam pelarian,hidup dalam bayang-bayang ketakutan,selalu waswas dan diliputi rasa cemas,status Jogi benar-benar menjadi Buronan Mertua.!!
Hampir satu tahun lebih,hidup dalam pelarian itu dijalani oleh Jogi dan Renita di Bandung,selama itu pula hampir tiga kali berpindah pindah tempat tinggal,untuk menghindari kejaran pihak keluarga Renita,selama itu pula,komunikasi antara Renita dengan semua keluarganya putus total..!!
Hingga pada suatu ketikaKetua RW dan Pak RT setempat, mendatangi rumah kontrakan mereka,bersama tiga orang berbadan tegap,berpangkas cepak,mengenakan baju safari,mengaku anggota TNI AD,dari salah satu kesatuan di Bandung.
“Siapa yang suruh bapak bapak? Ada urusan apa kami dengan tentara?”kata Renita kepada ketiga anggota TNI berbadan tegap-tegap itu dengan sengit,ternyata feeling dan naluri Renita memang tak meleset,urusan dengan aparat TNI,berarti tak lain,hubungan-nya dengan abangnya di Pondok Labu itu.
Kala itu suasana serasa mencekam dan gaduh,Renita sempat histeris dan menangis dirumah,jogi juga tampak ketakutan,wajahnya pucat pasi,yang terbayang dibenaknya adalah segera dibawa kehadapan lae-nya,yang kala itu ia gambarkan sebagai tentara bengis itu.ia akan segera disidang,atau bahkan lebih parah,ia akan dipenjarakan.!
Suasana kian ramai,para tetangga sekitar berdatangan.
Pak RW dan pak RT,berusaha menenangkan serta memberikan penjelasan kepada Renita,tentang ikhwal dan maksud kedatangan ketiga orang tentara itu,demikian juga kepada Jogi.
kemudian.
Setelah melalui negosiasi yang alot,ahirnya sore itu mereka berdua bersedia dibawa oleh ketiga anggota TNI itu.yang tak lain kerumah abang nya Renita di Pondok Labu.
Tak ada lagi pilihan,selain pasrah sepanjang jalan mereka berdoa,sejak masuk pintu tol dari Bandung,perjalanan selama hampir dua jam lebih menyusuri ruas tol yang sangat panjang dan jauh itu.suasana didalam mobil jenis Toyota SUV bergardan ganda itu begitu hening,sepanjang jalan,jogi memegang tangan Renita,seakan saling menguatkan,sesekali wajah tentara yang menjemput mereka berdua melempĂ r senyum kepada Renita.
Hingga ahirnya mereka tiba di Pondok Labu,Jakarta.dirumah abang Renita.
Seriba disana,ternyata kedua orang tua Renita sudah menunggu,bersama kakak perempuan satu satunya Renita,yang selama ini tinggal di Surabaya,yaitu Kak Ria,serta satu lagi abang Renita yang tinggal di Halim Perdanakusuma,Jakarta Timur,yaitu Roby Marthinus,beserta keluarga abangnya yang kolonel itu.
Renita tampak kikuk dan canggung saat melangkah-kan kakinya menuju pintu rumah itu,jogi berusahĂ  menarik tanganya istrinya itu,walau sebenarnya saat itu dilanda rasa ketakutan yang berkecamuk
Namun belum juga langkah kaki sampai didepan pintu,kak Ria langsung berlari menyongsong Renita dan langsung memeluknya,kak Ria menangis,sambil menciumi wajah adik”siampudan”mereka itu.mereka berdua menangis sejadi jadinya dan saling melepas rindu.
Jogi tampak berdiri tegang,diam dan membisu,mulutnya tertutup rapat,kepalanya tertunduk,ia belum tau apa yang bakal terjadi kepadanya,ia menggambarkan situasi saat itu,antara ketakutan dan sedikit kelegan,semua campur aduk,namun disatu sisi,ia juga merasa bak berada dalam ruangan instalasi khusus,yang sebentar lagi akan di eksekusi oleh para algojo-algojo bengis,yang sudah siap didepan-nya.
Kemudian satu persatu memeluk Renita,bahkan Ibu dan bapak-nya Renita juga terlihat menangis haru sambil memeluk Renita.
“darimana aja nya kau selama ini inang,kenapa harus begini?..huu,,,,huu,,huu,,..”
Kata ibu nya,sambil memeluk tubuh Renita dengan suara tercekat dan sesenggukan.
Suasananya terasa mengharu biru,abang nya si Kolonel itu terlihat hanya diam membisu,suasana sedikit agak mencair,saat Bapak nya Renita,yang tak lain adalah mertua nya Jogi itu menyuruhnya duduk dikursi sofa.
Singkat cerita
Ahirnya satu bulan sesudah itu.pembicaraan adat pun direncakan,dan kedua belah saling berembuk di jakarta,setelah melewati proses yang amat panjang dan alot,bahkan tarik ulur,mengenai kesepakatan besaran sinamot yang harus dibayarkan oleh pihak par anak.(pihak keluarga Jogi dari siantar)
Acara pesta adat Mangadati pun dilangsungkan disebuah gedung di daerah Jakarta Timur.
Dan sejak itu,Jogi resmi diterima oleh pihak keluarga Renita sebagai Hela atau menantu,dan Jogi resmi menyandang Ulos hela,pemberian dari kedua mertua nya itu.**
Malam itu kami ngobrol hingga pukul 23:00 malam,Renita tampaknya sudah mulai terkantuk-kantuk dan beberapa kali menguap,setelah itu ia pamit untuk tidur terlebih dahulu,setelah itu,aku masih lanjut bercerita dengan Jogi hingga mendekati pukul 02:00 pagi,setelah itu kami tidur.
Malam itu aku menginap dirumah keluarga Jogi dan kemudian esok harinya,seusai sarapan pagi dengan sepotong roti bakar dan segelas susu yang sudah disipakan oleh Renita,ahirnya aku mohon pamit dan meninggalkan rumah itu.Jogi kembali mengantarku ke arah Pasteur.didalam.mobil itu,kami masih melanjutkan obrolan kami,yang serasa tiada habisnya.
“Aku tau,suatu hari nanti kau pasti akan menuliskan kisah ku ini,hehehe…”
Kata jogi penuh percaya diri.
“Hah….memangnya apa hebatnya kau?sampai-sampai kisahmu kutuliskan dalam satu catatan?macam tokoh penting atau atau sosok Negarawan di Indonesia ini saja kau pakai ditulis segala kisahmu,lagi pula siapa yang bakal tertarik membaca kisah mu ini?hahaha…”kataku meledeknya.
“Eits…nanti dulu..!!,emang dulu apa hebatnya Angelina dan si Ruth boru Sinaga itu,kok kau dulu menulis kisah mereka?padahal kisah mereka kan terkesan monoton gak terlalu menarik-menarik amat kisahnya?
Apalagi kisahnya Angelina,sampai-sampai menyerupai Novel lagi kau buat..hahaha..”
Kata jogi melanjutkan.
“Oh…itu beda kasus bro.. ada alasan tertentu dibalik tulisan itu kawan…hahaha.!!..”
kataku mencoba berkelit dan membela diri.
Jogi menyebut Angelina dan Ruth,Angelina adalah mantan kekasihku dulu,gadis asal Minahasa,Sulawesi Utara.sementara Ruth adalah mantan pacar Jogi,jauh sebelum dia mengenal Renita,beberapa tahun yang lampau,kedua wanita tersebut pernah kubuatkan catatan tentang perjalanan dan pengalaman hidupnya.**
“Tapi aku serius kok..bila kau ada waktu tuliskanlah kisahku ini,aku yakin,kau pasti sudah menemukan plot dan klimas dari kisahku ini,tulislah..pasti ada pesan positif yang nanti ditemukan oleh pembaca..”kata Jogi serius.
“Ya..akan kupertimbangkan,tapi harus kulihat dulu dari berbagai sisi dan aspek,termasuk dari sisi Komersil-nya,layak jual apa tidak?hahaha…”
“Nah…kan..?lagi-lagi ujungnya ke soal materi..hahaha…”
kata Jogi sambil terkekeh diujung percakapan kami.
Sesaat kemudian,kami pun tiba di terminal bus travel,yang tak terlalu jauh dari Pintu tol Pasteur itu,sebelum beranjak pergi,Jogi memelukku sambil menjabat tanganku dengan erat,ia faham betul,hubungan persahabatan kami yang sudah lama terjalin,bukan karena faktor kebetulan semata,kala satu kontrakan dulu,namun lebih daripada itu,faktor kedekatan secara emosional sudah tertanam sejak lama bagi kami berdua.
Biar bagaimanapun,separuh dari kisah dan perjalanan hidupnya,termasuk kisah dan lika-liku asmaranya,semuanya kuketahui.
Siang menjelang sore,ahirnya kami berpisah di terminal itu,wajah Jogi terlihat sumringah dan berseri seri,biar bagaimanapun,rasa rindu,selama dua tahun lebih tak pernah bertemu kini telah terobati.
Kemudian Jogi menghilang ditengah keramaian dan hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang diruas jalan protokol ditengah kota yang berjuluk Paris Van Java itu.**
Share this article :

1 comments:

  1. Horas....tolong dicantumkan nama penulis asli dari cerpen ini
    Tks.

    ReplyDelete

SDT PAID TO READ EMAILS

LINK QUIZ






 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. abner lumbantoruan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger